Jakarta, CNBC Indonesia - Tepat pada perdagangan sesi I Kamis (2/5/2024), tidak sedikit saham-saham bank raksasa di Indonesia yang berguguran. Peristiwa itu terjadi tak lama setelah Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/ The Fed) mengumumkan bahwa mereka takkan buru-buru dalam memangkas suku bunga.
Seperti diketahui, beberapa saham-saham bank besar seperti BMRI turun hingga 8,7%, BBNI turun 6,3%, BBRI di 4%, dan BBCA 1% pada perdagangan sesi I. Turunnya saham-saham ini disinyalir menjadi penyebab ambruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI) juga bisa membawa dampak positif pada perbankan karena adanya potensi naiknya NIM atau net interest margin, kenaikan suku bunga juga berpotensi menurunkan minat masyarakat dalam urusan meminjam dana, yang bisa berujung pada risiko pertumbuhan kredit perbankan.
Saat Anda menilai bahwa masih ada potensi di balik penurunan harga saham-saham berkapitalisasi besar ini, maka membeli di harga yang murah tentu menjadi kesempatan besar terutama bagi para investor jangka panjang.
Namun apa jadinya jika Anda memiliki uang dingin dalam jumlah yang terbatas? Bukankah menghabiskan seluruh uang dingin Anda akan sangat berisiko di kemudian hari.
Sejatinya, ada cara yang cukup cerdas bagi investor saham untuk memanfaatkan penurunan harga saham blue chip ini yaitu dengan menerapkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA).
DCA juga terbukti menjadi cara efektif bagi investor bermodal kecil untuk berinvestasi dengan rutin.
Seperti apa strategi DCA?
DCA merupakan strategi investasi di mana Anda membeli aset secara berkala, entah itu mingguan, bulanan, atau bahkan harian. Dengan menerapkan DCA, Anda akan mendapatkan harga rata-rata dari aset investasi yang Anda beli.
Saat harga suatu aset turun atau sedang diskon, ini merupakan kesempatan bagi Anda untuk membeli dengan jumlah yang sesuai dengan anggaran Anda. Dengan melakukan pembelian ini secara berkala, Anda dapat menurunkan rata-rata harga beli Anda. Hal ini akan menguntungkan Anda saat harga aset tersebut kembali normal atau naik.
Beberapa instrumen investasi yang sesuai dengan metode DCA termasuk emas, reksa dana, dan saham. Metode DCA juga dianggap sebagai alternatif bagi investasi lumpsum, yaitu investasi dengan jumlah besar dalam satu kali pembelian.
DCA terbukti menjadi cara yang efektif bagi investor dengan modal kecil untuk berinvestasi secara rutin.