Menu

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI

Kajian BMKG: Tsunami Selat Sunda Akibat Longsor 64 Hektar Gunung Krakatau

Kajian BMKG: Tsunami Selat Sunda Akibat Longsor 64 Hektar Gunung Krakatau

PT BESTPROFIT - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar menyatakan terjadinya tsunami di selat sunda karena terjadi longsor di Gunung Api Anak Krakatau.

Hasil kajian Badan Geologi berdasarkan pemantauan interpretasi citra, kelongsoran di Gunung Anak Krakatau mencapai seluas 64 hektar.

Rudy menyampaikan aktivitas Gunung Anak Krakatau ini terus meningkat mulai sejak tanggal 29 Juni 2018, frekuensi peningkatan paling besar terjadi pada tanggal 22 Desember 2018.

"Yang terekam oleh kita pukul 21.03 kita sudah mulai aga besar dengan kebesaran itu dengan sesmograf kebesaran perjam itu kita satu disertai kenaikan air laut yang menyebabkan tsunami pada malam itu," katanya saat melakukan pemantaum di Pos Pemantauan Gunung Api Anak Krakatau, Pasauran, Serang, Kamis (27/12). BEST PROFIT

Lalu tanggal 23 sampai 24 hembusan letusan terus terjadi dengan amplitudo cukum tinggi over skill menunjukkan aktivitas kegempaan tremor menerus amplitudo 8-32 mm (dominan 25 mm) sehingga pagi tadi status Gunung Anak Krakatau berubah status dari waspada ke siaga.

"Kemarin sore dengan letusan dengan arah angin ke timur laut menjatuhkan abu ke pesisir wilayah Anyer dan Cilegon meskipun masih kurang dari satu mili dari ketebalan abu yang turun, Kami melakukan evaluasi dengan adanya abu. Perpagi tadi statusnya kita naikan dari waspada ke siaga," katanya.

Berdadarkan pemantauan PVMBG, terlihat cuaca mendung dan hujan di Gunung Anak Krakatau. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara dan timur laut. Suhu udara 24-26 celsius dan kelembaban udara 91-96 persen. Volume curah hujan tidak tercatat. BESTPROFIT

Dari pengamatan visual gunung kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Terdengar suara dentuman di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau.

Data yang diambil dari Stasiun Sertung, dekat kawasan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda ini, menunjukkan aktivitas kegempaan tremor menerus amplitudo 8-32 mm (dominan 25 mm). Status siaga ini membuat masyarakat diminta tak mendekati kawah Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer.

Sumber: merdeka.com

Go Back

Comment