Menu

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI

Bank Big Cap Waswas, Terancam Digeser Saham Tech Kayak di AS?

A United States flag is reflected in the window of the Nasdaq studio, which displays indices and stocks down, in Times Square, New York, Monday, March 16, 2020. (AP Photo/Seth Wenig) Foto: Studio Nasdaq, yang menampilkan indeks dan stok turun, di Times Square, New York, Senin, 16 Maret 2020. (Foto AP / Seth Wenig)AP/Seth Wenig
 
 

PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI- Kapitalisasi pasar saham raksasa teknologi pembuat sistem operasi Windows, Microsoft Corporation (MSFT), berhasil menyentuh US$ 2 triliun atau setara dengan Rp 28.000 triliun, Rp 28 kuadriliun (kurs Rp 14.000/US$), pada Selasa (22/6/2021). 

 
 

 

Jumlah ini setara dengan rencana anggaran infrastruktur Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yakni US$ 2 triliun.

Kini, Microsoft pun menduduki posisi kedua dalam saham dengan kapitalisasi pasar 'jumbo' di Amerika Serikat (AS), setelah sang kompetitornya, yakni saham Apple Inc. (APPL).

 

Di AS, saham yang memiliki kapitalisasi pasar 'jumbo' mayoritas diisi oleh saham-saham teknologi, di mana lima terbesar yakni saham Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet (induk Google), dan Facebook. 
PT BESTPROFIT
 

 

Berbeda di Indonesia, saham-saham yang masuk ke dalam kapitalisasi terbesar didominasi oleh saham perbankan, di mana saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih menduduki posisi pertama dengan kapitalisasinya sebesar Rp 768 triliun, per Jumat lalu (25/6).

Sementara posisi kedua atau runner up masih diduduki oleh saham perbankan BUMN, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).


 

 

Sementara untuk saham teknologi di Indonesia yang sudah masuk ke dalam 10 besar kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun baru diduduki oleh saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang masuk ke dalam list 10 besar dan itu pun menduduki posisi 'cekak', yakni posisi ke-10. BESTPROFIT
 

Sebelumnya, saham emiten penyedia layanan data center milik pengusaha Toto Sugiri ini sempat menjadi bintang baru di jagat bursa Tanah Air.

Harga saham ini naik belasan ribu persen dalam kurun waktu 6 bulan sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), atau melesat 14.000% dari harga penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Rp 420 menjadi Rp 59.000/saham. PT BESTPROFIT FUTURES
 


 

Kenaikan saham DCII sejak awal IPO berkaitan dengan euforia indeks teknologi (IDXTECHNO) yang pada awal tahun ini baru diluncurkan oleh BEI.

Saham ini semakin bergerak liar setidaknya dalam 2 pekan terakhir setelah tersengat berita resmi bos Grup Indofood, Anthoni Salim, memborong saham DCII.

Namun karena gerak liarnya saham DCII, BEI pun melakukan suspensi terhadap saham DCII, terhitung mulai 16 Juni lalu. Hingga kini, saham DCII pun masih 'digembok' oleh BEI dan belum diketahui kapan BEI membuka kembali suspensi saham DCII.

 

Fakta singkat saham DCII

Sejak awal melantai (listing) pada 6 Januari tahun ini, saham DCII terus merangsek ke atas hingga akhirnya melewati harga dua saham paling mahal di bursa Tanah Air, raksasa rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan bank swasta terbesar di RI, PT Bank Central Asia (BBCA) alias BCA.

Pada saat IPO, saham emiten yang didirikan pada 2011 silam ini sebesar Rp 420/saham. Saham DCII sudah meroket 'to the moon' 14.000% ke harga Rp 50.250/saham sebelum akhirnya disuspensi.

Sejurus dengan itu, hanya butuh waktu sekitar 6 bulan untuk saham ini bisa masuk ke jajaran big cap alias saham dengan nilai market cap di atas Rp 100 triliun. Saat ini market cap saham DCII tercatat sebesar Rp 141 triliun.

DCI Indonesia berdiri pada 18 Juli 2011 sebagai pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara dan memulai kegiatannya secara komersial pada tahun 2013.

BEST PROFIT

Perusahaan ini bergerak di bidang industri penyedia jasa aktivitas hosting dan aktivitas terkait lainnya seperti jasa pengolahan data, web-hosting, streaming, aplikasi hosting dan penyimpanan cloud computing.

Selain itu, DCI Indonesia juga terutama menyediakan jasa colocation, yaitu penyediaan tempat untuk menyimpan atau menitipkan server pelanggan dengan standar keamanan fisik dan infrastruktur, seperti kestabilan arus listrik dan kontrol udara.

Kini, DCI menjadi pemimpin pasar (market leader) dengan total kapasitas 37 MW 51% dari pangsa pasar data center colocation di Tanah Air.

Kabar teranyar, dalam keterangan resmi Senin lalu, DCII juga tengah membangun kawasan data center di Karawang, Jawa Barat. BPF

Sumber : Jakarta, CNBC Indonesia 

Go Back

Comment